Sabtu, 29 Desember 2012

Review 11 ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN DALAM MENGHADAPI ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)

Review
ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN
DALAM MENGHADAPI ACFTA
(Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)
Oleh:
Ishak Hasan **)
Berisi :
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN UMKM DAN KOPERASI KABUPATEN ACEH TENGAH

3.1. Faktor Pendukung dan Penghambat
Hasil investigasi di lapangan pada 80 unit UKMKM yang diteliti memberikan gambaran bahwa ada 14 variabel yang berhasil diinventarisir sebagai faktor pendukung dan penghambat perkembangan UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh. Keempat belas variabel ini merupakan variabel bebas yang mempengaruhi perkembangan atau kemajuan usaha UMKM dan koperasi Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan satu variabel lagi merupakan variabel terikat (variabel yang terpengaruh), yaitu variabel keuntungan dan kepuasan usaha. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Kemampuan mengelola sendiri, (2) Pembinaan pemerintah, (3) Persaingan usaha, (4) Kepercayaan pelanggan, (5) Strategis letak usaha, (6) Peralatan usaha, (7) Kepercayaan bank, donatur lain, (8) Kemampuan menggunakan teknologi, (9) Kemitraan usaha (kerjasama usaha), (10) Biaya produksi, (11) Kemampuan permodalan, (12) Administrasi dan pembukuan usaha, (13) Kemampuan tenaga kerja, (14) Jaringan pemasaran.
Dari 80 unit UMKM dan koperasi yang diteliti ditemukan bahwa 65 unit (81%) mengatakan bahwa variabel kemampuan mengelola usaha secara mandiri dirasakan mendukung perkembangan usaha mereka. Selebihnya ada 15 unit (19%) mengatakan kemampuan individual dalam mengelola usaha merupakan faktor penghambat. Variabel lainnya yang mendukung usaha mikro ada 6 variabel (bernilai diatas 50%) yaitu berturut-turut sebagai berikut: (1) Variabel kemampuan tenaga kerja 94%, (2) Pembinaan pemerintah 88%, (3) Kemampuan mengelola usaha 81%, (4) Persaingan usaha 78%, (5) Jaringan pemasaran 68%, (6) Strategis letak usaha 58%. Dengan demikian dari 15 variabel yang berhasil diinventarisir di lapangan hanya 6 variabel saja kebanyakan UMKM di Aceh Tengah merasakan dapat mendukung usaha. Selebihnya merupakan faktor penghambat.
3.2. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha UMKM dan Koperasi di Kabupaten Aceh Tengah
Hasil penelitian lapangan terhadap kondisi masing-masing variabel yang mempengaruhi perkembangan atau kemajuan usaha UMKM dan koperasi dapat dilihat pada sebagai berikut:
3.2.1. Kemampuan Pribadi (individual) Mengelola Usaha
Hasil investigasi di lapangan memberikan gambaran bahwa kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi di Aceh Tengah mampu mengelola usahanya secara mandiri (73%). Kemampuan mengelola usaha di sini dimaksudkan adalah mampu dalam hal mengambil kebijakan usaha dan menanggung risiko yang mungkin timbul. Selain itu juga mereka mampu bertanggungjawab dalam memajukan usahanya, termasuk dalam masa-masa konflik Aceh yang lalu. Mereka sebagian besar mampu bertahan hidup dan sampai asat ini masih eksis walaupun dalam berbagai keterbatasan.
 3.2.2. Pembinaan Pemerintah
Pemerintah secara terus-menerus sesuai dengan kemampuannya telah membina perkembangan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah agar UMKM dan koperasi dapat mandiri dan maju. Sebab pemerintah berkeyakinan bahwa perbaikan kualitas ekonomi rakyat dalam mewujudkan kemakmuran dapat dicapai dengan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada usaha yang dikelola oleh rakyat. Berbagai bentuk pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kinerja UMKM dan koperasi meliputi; pelatihan keterampilan dalam berusaha (kewirausahaan), pelatihan tentang pembukuan usaha, pelatihan pemasaran hasil, akses informasi dan teknologi serta diikuti oleh adanya bantuan modal usaha. Setiap tahun Pemerintah Aceh Tengah melalui dinas terkait secara terus-menerus membina UMKM dan koperasi agar mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan perkembangan dan dinamika ekonomi yang terjadi. Kondisi intensitas pembinaan pemerintah dapat dilihat pada grafik berikut:


3.2.3.Persaingan Usaha
Hampir tidak ada usaha yang tidak ada pesaingnya oleh karena itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam segala hal agar mampu berkompetisi dengan usaha sejenis yang dimiliki pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 52% mengaku bahwa usaha sejenis yang mereka lakukan di sekitarnya kurang mendapat persaingan dari pihak lain. Tentu kondisi ini dapat menjadi faktor pendukung yang penting bagi perkembangan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah, andai mereka mengembangkan usahanya secara profesional di masa-masa medatang.


            3.2.4.Tingkat kepercayaan pelanggan terhadap usaha
          Kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi mengatakan bahwa tingkat kepercayaam pelanggan kepada usaha mereka kurang (50%). Hal ini disebabkan oleh keterjaminan pasokan, kontinuitas produksi, dan jaringan pemasaran yang terbatas sehingga menyebabkan banyak pelanggan kurang percaya dengan produk dan pelayanan yang diberikan oleh UMKM dan koperasi.


              Memang diakui oleh pengelola UMKM dan koperasi bahwa keterbatasan mereka dalam hal pasokan, pemasaran seringkali menjadi ganjalan dalam berusaha. Akibatnya pelanggan sering beralih kepada usaha lain. Seperti dalam hal usaha peternakan, produk industri kecil dan kerajinan. Kondisi kepercayaan pelanggan terhadap UMKM dan koperasi Aceh Tengah dapat dilihat pada Grafik 7.

            3.2.5. Letak Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun untuk Akses Input Produksi
            Aspek lain yang penting dalam perkembangan dan kemajuan usaha adalah letak usaha yang strategis. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 48% pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah mengatakan bahwa letak usaha mereka relatif strategis. Letak strategis ini meliputi kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan bahan baku, dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi.


3.2.6. Kelengkapan Peralatan Produksi (teknologi) yang Dimiliki Dalam Berusaha
Kelengkapan sarana termasuk tekologi produksi mulai dari hulu hinggi hilir, sangat berpengaruh dalam memajukan usaha. Di hulu diperlukan teknologi pengolahan dan peralatan pendukung lainnya. Sedangkan di hilir termasuk fasilitas pemasaran dan sarana transportasi. Semua sarana tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu kelengkapan fasilitas dalam berusaha harus menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan usaha.
Hasil penelitian memberi gambaran bahwa sebagian responden mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki saat ini kurang lengkap mencapai 41 orang dari 80 orang sampel (51,25%).
3.2.7. Kepercayaan Lembaga Keuangan (bank, donor, dll) Terhadap Usaha
Peran lembaga keuangan dalam mendukung suatu usaha seringkali juga mempengaruhi maju mundurnya usaha. Sebuah usaha memperoleh dukungan dari lembaga keuangan apabila usaha tersebut mendapat kepercayaan yang tinggi dari lembaga keuangan yang berminat membantunya. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa 32 responden dari 80 responden sampel (40%) menyatakan lembaga keuangan kurang percaya akan usaha mereka. Kepercayaan dari lembaga keuangan sangat penting untuk ditumbuh-kembangkan agar sebuah usaha dapat meningkatkan aktivitas dan keuntungannya.


3.2.8 Kemampuan Permodalan Perusahaan Saat Ini
            Kemampuan permodalan dalam menggerakkan usaha merupakan faktor yang penting yang tidak dapat diabaikan. Sebab dalam kondisi persaingan yang semakin ketat saat ini sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya tanpa didukung oleh modal yang memadai. Modal yang memadai akan membantu pengusaha dalam memperluas jangkauan atau skala usaha. Oleh karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian dalam membantu UMKM dan koperasi dalam hal bantuan permodalan hendaknya secara terus-menerus dan terencana dalam membantu UMKM dan koperasi


3.2.9 .Biaya produksi
Biaya produksi yang rendah sangat mendukung usaha dalam menguasai pasar. Konsumen yang rasional selalu mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh karena itu pengusaha hendaknya selalu memperhatikan efisiensi dalam berusaha atau berproduksi dengan melakukan berbagai strategi, terutama strategi biaya rendah (low cost strategy). Dengan melakukan strategi tersebut maka kemampuan untuk memperoleh pelanggan semakin banyak, karena harga jual produk menjadi lebih murah.


3.2.10. Volume Usaha
Meningkat atau menurunnya volume usaha berpengaruh pada penerimaan tingkat laba. Volume usaha yang meningkatkan disebabkan oleh meningkatnya kinerja perusahaan dalam beberapa bidang, diantaranya; meningkatkan jumlah pelanggan atau pengguna produk perusahaan, baik barang maupun jasa. Selain itu juga adanya peningkatan dalam skala usaha dan pelayanan. Meningkatnya volume usaha bagi perusahaan merupakan hal yang sangat penting, sebab variabel ini juga merupakan indikator yang sangat mendukung perkembangan usaha.

 3.2.11. Kemampuan Menjalin Hubungan Usaha (bermitra) Dengan Usaha Lain Seperti Dalam Pemasaran Hasil, Permodalan, Pengadaan Input, dll)
Banyak pihak meyakini bahwa kemampuan menjalin hubungan usaha (bermitra) dengan usaha lain dapat meningkatkan usaha. Kemitraan dimaksud meliputi; bidang pemasaran, investasi bersama dalam bidang produksi, permodalan, pengadaan input, serta menghadapi sesuatu yang menghambat perkembangan perusahaan. Dengan bermitra maka posisi tawar mereka menjadi lebih kuat apalagi ketika menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kondisi kemampuan menjalin kemitraan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah dapat dilihat pada grafik berikut:


3.2.12. Kemampuan dalam Menerapkan Teknologi
Teknologi juga merupakan unsur penting dalam mengembangkan usaha. Banyak pengelola usaha merasa kesulitan dalam penerapan teknologi. Di samping keterbatasan pengetahuan, mereka juga terbatas dalam permodalan keahlian. Modal usaha yang terbatas juga telah menyebabkan mereka kurang mampu memiliki teknologi untuk mempertinggi produktivitas. Akibatnya perkembangan usaha juga sangat terbatas. Lebih lanjut kondisi kemampuan menerapkan teknologi di Aceh Tengah menunjukkan bahwa 45 responden (56%) kurang mampu dalam menyerap teknologi, dan yang sama sekali tidak mampu sebanyak 5 responden (6,25%). Adapun yang menyatakan mampu menerapkan teknologi 15 responden (18,75%), sedangkan yang menyatakan sangat mampu hanya 4 responden (5%)
3.2.13. Pelaksanaan Administrasi Perusahaan
Dari hasil survey ditemukan bahwa hanya 7 responden (9%) yang melaksanakan administrasi usaha dengan sangat baik, 6 responden (8%) baik, 18 responen (23%) kurang baik dan sebanyak 42% responden (53%) tidak baik administrasi usahanya.
Tertib administrasi yang baik dan profesional merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan kinerja usaha. Adminisrasi yang baik sangat mendukung lancarnya kegiatan usaha. Saat ini sangat banyak pengusaha yang kurang memperhatikan hal ini. Terlebih lagi bagi UMKM dan koperasi.Padahal gambaran sebuah perusahaan yang sukses selalu diperlihatkan oleh berjalannya administrasi dengan baik dan tertib. Mereka kurang menyadari bahwa kekuatan usaha juga didukung oleh kekuatan administrasi usaha yang baik.
3.2.14. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Menjalankan Aktivitas Usaha
Apabila skala usaha semakin besar maka penggunaan tenaga kerja yang banyak menjadi faktor yang penting dalam berusaha. Hampir tidak mungkin lagi jangkauan pelayanan yang luas menggunakan tenaga kerja yang terbatas. Tenaga kerja juga dapat mempertinggi tingkat produktivitas. Oleh karena itu penggunaan tenaga kerja hendaknya selalu disesuaikan dengan kondisi usaha yang ada. Sebab kekurangan atau kelebihan tenaga kerja akan berdampak buruk bagi kemajuan usaha.
Dari hasil survey ditemukan bahwa sebanyak 32 responden (40%) mendukung, 21 responden (27%) kurang mendukung, 15 responden (19%) sangat mendukung, dan 4 responden (5%) tidak mendukung penggunaan tenaga kerja.
3.2.15. Capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha
Muara dari semua faktor yang telah dikemukakan di atas adalah capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha. Apabila faktor-faktor di atas menampakkan trend peningkatan maka kondisi capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasan dalam berusaha juga cenderung meningkat.
Dari hasil survey ditemukan bahwa berturut-turut 40 responden (15%) menyatakan kurang, 15 responden (19%) menyatakan sedang, 10 responden menyatakan (13%) tinggi dan 10 responden lagi (13%) menyatakan sangat kurang sedangkan yang menyatakan sangat tinggi terhadap kemampuan memperoleh keuntungan dan kepuasan usaha hanya 5 responden (7%).
3.3. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel yang diidentifikasi di dalam model terhadap kemajuan usaha UMKM dan koperasi Kabupaten Aceh Tengah dengan indikatornya adalah capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha tidak terlalu kuat hanya sebesar 0,66%. Sedangkan apabila dilihat dari besarnya pengaruh juga relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0,44%. Dengan demikian masih banyak variabel lain yang mempengaruhi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Sebab variabel kemajuan usaha merupakan variabel yang sangat makro. Selain itu juga diperkirakan besarnya sampel yang diambil yang hanya 80 unit yang memang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dari ratusan unit UMKM dan koperasi di Aceh Tengah dapat sebagai penyebab kecilnya pengaruh dari variabel tersebut. Oleh sebab itu, guna kepentingan perencanaan dan kebijakan masa depan yang lebih baik diperlukan perluasan cakupan penelitian dengan sampel yang lebih besar, agar dapat diketahui secara lebih jelas lagi tentang faktor yang dominan mempengaruhi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah.
Dengan memahami kemungkinan adanya faktor dominan yang mempengaruhi dari sekian faktor yang ada, maka pada langkah berikut dapat ditemukan pula solusi yang lebih tepat dalam pemberdayaan UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah. Penyebab lainnya adalah penelitian ini juga tidak membuat klasifikasi sampel berdasarkan strata. Padahal dalam kenyataannya UMKM dan koperasi tersebut relatif berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut meliputi aspek; (1) Skala usaha, (2) Luasnya jangkauan pemasaran, (3) Kekuatan permodalan, (4) Jumlah tenaga kerja yang dipakai, dan masih banyak lainya kalau mau dibuat stratifikasi. Kecilnya sampel yang diambil disebabkan karena terbatasnya dana yang tersedia untuk penelitian pada sampel yang lebih besar. Demikian juga keterbatasan UMKM dan koperasi dalam memenuhi kriteria yang diinginkan juga masih terbatas pada UMKM dan koperasi yang telah mengikuti pembinaan dari pemerintah dari beberapa hal. Sedangkan sebagian besar UMKM dan koperasi Aceh Tengah masih sangat terbatas menerima pembinaan dari pemerintah. Akibatnya sampel yang ditentukan kurang representatif dan juga relatif terbatas.

V.        KESIMPULAN
Dalam menghadapi berbagai dampak krisis dan persaingan global ACFTA dewasa ini diharapkan UMKM dan koperasi hendaknya lebih menyesuaikan lagi kinerjanya agar dapat lebih bertahan dan tetap mampu memberikan kontribusinya bagi banyak orang dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Belajar dari tegarnya daya hidup UMKM dan koperasi selama ini walaupun dalam gempuran ekonomi global yang keras terbukti masih banyak pihak memberi apresiasi yang tinggi terhadap pentingnya mengembangkan lebih luas lagi jangkauan usaha UMKM dan koperasi guna menjembatani kesenjangan ekonomi yang ada. Hal ini dapat dilakukan asalkan pemerintah bersama masyarakat luas bersinergi bersama dalam mengembangkan UMKM dan koperasi.
Upaya pengembangan UMKM dan koperasi hendaknya dilakukan secara terpadu dan terus-menerus agar UMKM dan koperasi dapat berkembang sesuai dengan harapan. Masih banyak UMKM dan koperasi di Indonesia termasuk di Aceh Tengah memerlukan perhatian dan sentuhan secara khusus dalam berbagai aspek, agar usaha mereka tidak terhenti di tengah jalan. Pemerintah perlu mendorong secara terus-menerus tanpa kenal lelah agar UMKM dan koperasi lebih mandiri dalam segala hal, termasuk penguatan manajemen, permodalan dan pemasaran. Mengingat masih ada sebagian UMKM dan koperasi yang sangat memerlukan proteksi dari pemerintah karena skala usaha dan jangkauan pemasaran masih terbatas. Dengan berkembangnya UMKM dan koperasi maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat dengan demikian akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dalam memajukan UMKM dan koperasi hendaknya saling bersinergi dengan lintas sektor lain agar diperoleh perlindungan dan kekuatan hukum dalam melaksanakan aktivitasnya. Kalau tidak demikian maka UMKM dan koperasi akan sulit berkembang dalam konstelasi dunia usaha yang semakin bersaing ketat saat ini.
Bercermin dari kondisi dan potensi tersebut UMKM dan koperasi di Aceh Tengah hendaknya semakin membaca peluang penting ini untuk memperluas usahanya, misalnya selama ini hanya fokus usaha produksi pada pasar lokal, tetapi sekarang hendaknya bisa berorientasi ke pasar ekspor (pasar regional Asean dan Cina) bahkan negara lainnya di dunia. Hal ini bukan tidak mungkin mengingat begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh wilayah ini. Apalagi selama ini Aceh Tengah memang telah menjadi sentra produksi beberapa komoditas ekspor dan juga untuk kebutuhan pasar lokal di Aceh. Letaknya yang strategis sebagai pintu keluar ke pesisir Utara Aceh telah menjadikan Aceh Tengah sangat menguntungkan sebagai hinterland, pemasok berbagai kebutuhan produk holtikultura untuk sebagian wilayah Aceh, Indonesia dan juga untuk negara-negara tentangga yang tergabung dalam ACFTA.

DAFTAR PUSTAKA
BAPPEDA Aceh Tengah. 2008. Profil Kabupaten Aceh Tengah. BAPPEDA Aceh Tengah, Aceh.
Burhan, Umar & Munawar Ismail .1988. Koperasi Produksi. Karunika, Jakarta.
Cobia, David W. 1989. Cooperative In Agriculture. Prentice Hall, New Jersey.
Diskopindag Aceh Tengah. 2009. Laporan Perkembangan UMKM dan Koperasi Aceh Tengah. Diskopindag Aceh Tengah, Aceh.
Diskopindag Aceh Tengah. 2008. Rencana Strategis Diskopindag Aceh Tengah. Diskopindag Aceh Tengah, Aceh.
Ismawan, Indra. 2001. Sukses Di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah. Grasindo, Jakarta.
Munkner, Hans H. 1997. Masa Depan Koperasi. Dekopin, Jakarta.
Nasibitt, John and Patricia Aburdene. 1990. Megtrends 2000. Binarupa Aksara, Jakarta.
Nazir, Mohd. 2000. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pamungkas, Sri Bintang.1996. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Demokrasi Ekonomi dan Pembangunan. Yayasan Daulat Rakyat, Jakarta.
Roopke, Jochen .1992. Cooperative Entrepreneurship. Philips Marburg, Germany
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Schumacher, EF. 1978. Kecil itu Indah. LP3ES, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers, Jakarta.
Syahza, Almasdi. 2010. Percepatan Peningkatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pengembangan Koperasi Berbasis Agribisnis di Daerah Pedesaan. http://openpdf.com/ebook/ekonomi-koperasi-pdf.html., diakses Tanggal 1 Maret 2010
Wirasasmita, Yuyun. 2000. Kewirausahaan di Perguruan Tinggi: Makalah UNPAD. Universitas Padjajaran, Bandung.



Nama / NPM  :Amalia Novianti / 20211646
Kelas               : 2EB09


Review 10 ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN DALAM MENGHADAPI ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)



Review
ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN
DALAM MENGHADAPI ACFTA
(Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)
Oleh:
Ishak Hasan **)
Berisi :
STRATEGI PEMBERDAYAAN MENGISI PERDAMAIAN ACEH DAN MENGHADAPI ACFTA

Berdasarkan hasil penelitian lapangan pada 80 unit UMKM dan koperasi di Aceh Tengah dapat diberikan beberapa rekomendasi sebagai strategipemberdayaan. Strategi tersebut meliputi: (1) Peningkatan Kinerja Manajemen dan Kelembagaan, (2) Peningkatan Kinerja Usaha, (3) Penguatan Kemitraan, (4) Penguatan Akses Informasi dan Teknologi Produksi, (5) Penguatan Jaringan Pemasaran, (6) Bantuan permodalan, (7) Progam Pendampingan, dan (8) Penguatan daya saing dengan mempelajari setiap perubahan dan citarasa konsumen global, khususnya mencermati strategi yang dilancarkan oleh kompetitor negara Asean lainnya termasuk Cina yang tergabung dalam ACFTA.
4.1. Peningkatan Kinerja Manajemen dan Kelembagaan
Berkaitan dengan peningkatan kinerja manajemen dan kelembagaan dalam waktu dekat perlu dilakukan pelatihan yang berkesinambungan dalam bidang sistem informasi manajemen yang berbasis teknologi informasi. Kemampuan manajemen dalam membuat perencanaan usaha yang benar akan membantu UMKM dan koperasi untuk mencapai tingkatan kemajuan yang diharapkan. Dengan berpedoman pada perencanaan yang telah digariskan maka akan dapat dipahami target capaian dari kegiatan yang dilakukan. Perencaan haruslah dinilai melalui pengawasan tentang apa yang sudah terealisasi atau mana yang belum.
Selain dari pada itu perlu ditingkatkan kualitas kelembagaan, misalnya dalam hal perizinan usaha agar memiliki dasar hukum yang kuat dalam melakukan aktivitas. Demikian juga dalam hal pencitraan diri lembaga, misalnya hak paten dari UMKM dan koperasi, walau sekecil apapun akan sangat berguna bagi UMKM dan koperasi di tengah-tengah persaingan yang sangat kuat. Pencitraan perusahaan melalui branding (merek dagang) sangatlah penting agar mendapat tempat dalam memori masyarakat. Branding yang kuat di dalam benak konsumen merupakan aset yang sangat berharga bagi kemajuan perusahaan. Sebenarnya banyak produk UMKM dan koperasi di Aceh Tengah yang perlu mendapatkan perlindungan hukum yang layak dari pemerintah. Namun sampai saat ini masih sangat terbatas yang memperoleh perlindungan tersebut. Sehingga produk-produk UMKM dan koperasi terabaikan begitu saja padahal memiliki keunggulan-keunggulan apabila mendapat perhatian yang serius, baik dari dunia usaha sendiri maupun dari pemerintah.
4.2. Peningkatan Kinerja Usaha
Pemerintah Aceh Tengah perlu secara terus-menerus memberikan pengetahuan dan keahlian teoritis dan teknis dalam memajukan usaha.Secara internal perusahaan, UMKM dan koperasi Aceh Tengah masih perlu meningkatkan efisiensi dalam berusaha. Efisiensi tersebut meliputi; (1) Strategi biaya rendah, dan (2) Memanfaatkan sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidangnya.
Selain itu, diperlukan upaya yang kuat dari UMKM dan koperasi untuk melaksanakan administrasi dan akuntansi yang sesuai dengan ketentuan Standard Akuntansi Indonesia (SAI). Indikator-indikator usaha seperti volume usaha, tingkat laba, likuiditas, Return on Investment (ROI) dan indikator finansial lainnya perlu dipahami secara mendalam oleh kalangan UMKM dan koperasi. Sebab dengan memahami indikator tersebut pihak manajemen memiliki upaya yang keras dalam pencapaiannya.
4.3. Penguatan Kemitraan
Kemitraan usaha juga merupakan faktor yang perlu mendapatkan perhatian khusus apalagi dalam dunia yang semakin kompetitif. UMKM dan koperasi akan dapat lebih eksis apabila menjalin hubungan yang intens dengan berbagai kalangan. Kemitraan bisa dilakukan dengan usaha-usaha sejenis, lembaga-lembaga keuangan, lembaga pemerintah, dan lembaga lainnya yang menaruh minat kuat dalam bidang UMKM dan koperasi.
Hampir sulit mengabaikan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak saat ini bagi UMKM dan koperasi. Sebab dunia usaha yang dinamis dan kompetitif menuntut semua pihak untuk bekerjasama saling menguntung dalam berbagai bidang. Apabila hubungan kemitraan mulai dari hilir sampai ke hulu dapat dirajut maka UMKM dan koperasi akan mendapatkan manfaat yang besar sebagai kekuatan dalam berbagai kegiatan usaha di masa depan.
4.4. Penguatan Akses Informasi dan Teknologi Produksi
Penerapan teknologi informasi dan teknologi produksi yang tepat tentu akan sangat membantu UMKM dan koperasi dalam mengembangkan usahanya. Hampir tidak mungkin lagi saat ini UMKM dan koperasi terpisah dari kedua hal tersebut di atas. Sebab salah satu ciri usaha yang maju dan modern dewasa ini ditandai oleh kemampuan memanfaatkan teknologi yang ada dalam meningkatkan produktivitas (Soekartawi, 1990). Lebih lanjut Cobia (1989) menekankan pentingnya penguasaan jaringan informasi dalam memasarkan produk agar menjangkau wilayah pemasaran yang luas. “Penguasaan jaringaninformasi yang kuat sangat mendukung dunia usaha untuk berkembang dengan baik, karena berbagai informasi dalam waktu cepat dan tepat memiliki nilai yang sangat berharga dalam hal produksi dan pemasaran produk-produk mereka”. Bahkan lebih dari itu teknologi informasi dan produksi memberi kekuatan tersendiri bagi UMKM dan koperasi dalam transformasi usaha yang bersifat lokal menjadi lebih mengglobal. Apalagi dengan terbukanya perdagangan bebas antara Indonesia dengan negara-negara Asean dan Cina tentu penguatan akses informasi dan teknologi produksi merupakan sesuatu yang menentukan. Mengingat konsumen global maupun lokal membutuhkan poduk-produk yang semakin bermutu.
4.5. Penguatan Jaringan Pemasaran
Jaringan pemasaran yang kuat sangat membantu UMKM dan koperasi dalam mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu diperlukan upaya yang kuat dari UMKM dan koperasi untuk menciptakan mata rantai pemasaran dari berbagai kalangan. Misalnya penguasaan jaringan transportasi, lembaga promosi, sampai kepada berbagai lapisan konsumen sangat penting dilakukan. Produk-produk UMKM dan koperasi perlu mendapatkan ruang dan tempat yang lebih mudah dijangkau oleh konsumen, misalnya dengan membuka counter promosi di berbagai tempat strategis, seperti bandara, pusat perbelanjaan, pelabuhan, terminal, lokasi objek wisata, dan berbagai tempat lainnya yang lebih mudah dijangkau oleh konsumen. Jaringan tersebut dapat dilakukan secara lokal, nasional, maupun secara internasional. Terutama bagi UMKM dan koperasi yang memiliki nilai produk yang dapat diandalkan untuk tujuan ekspor. Dengan demikian tingkat keuntungan yang diperoleh diperkirakan juga akan lebih meningkat.
4.6. Bantuan Permodalan
Permodalan yang memadai dalam melakukan usaha memang diperlukan, akan tetapi yang segera perlu dilakukan adalah memfasilitasi mereka untuk mampu berhubungan dengan lembaga-lembaga keuangan, termasuk lembaga keuangan mikro (LKM). Bantuan permodalan dimaksud bisa dilakukan dengan dua model; (1) Memberi bantuan modal yang mampu menghidupkan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir, terutama UMKM dan koperasi yang memiliki potensi untuk orientasi pasar ekspor, (2) Memberi bantuan modal hanya sebagai stimulus (rangsangan) untuk perkembangan usaha. Kedua model tersebut dapat dioperasionalkan secara lebih ril di lapangan, dan dengan demikian akandiketahui secara jelas mana saja UMKM dan koperasi yang termasuk ke dalam kategori tersebut agar dalam melakukan kebijakan tidak salah sasaran.
4.7. Progam Pendampingan
Meskipun dalam implementasi di lapangan seringkali program pendampingan kurang mendapatkan hasil yang memuaskan namun untuk UMKM dan koperasi tetap masih diperlukan. Program pendampingan dapat dilakukan dengan cara menyiapkan tenaga-tenaga yang lebih tepat dan sesuai dengan karakter UMKM dan koperasi setempat. Sebab apabila sumberdaya manusia (SDM) pendamping kurang memahami karakter masyarakat dan juga karakter UMKM dan koperasi maka upaya pendampingan sering mengalami kegagalan. Selain program pendampingan dalam bentuk SDM juga pendampingan dalam hal soft skill lainnya sangat diperlukan seperti; memfasilitasi studi banding dan lain-lain yang mampu merubah mindsets dan budaya usaha ke arah yang lebih efisien.
4.8. Penguatan Daya Saing Menghadapi Kompetitor Negara Asean Lain dan Cina Yang Tergabung Dalam ACFTA.
Penguatan daya saing yang dimaksud disini adalah melakukan penataan secara cermat terhadap pencitraan produk (kualitas, branding, pelayanan, dan harga), dan juga pemahaman yang mendalam terhadap citarasa konsumen global dengan mencermati perilaku konsumen masing-masing negara. Hal ini dapat dilakukan dalam menghasilkan berbagai produk berbasis agrobisnis, seperti Kopi Gayo yang selama ini memang sudah dikenal luas di mancanegara. Kopi Gayo yang ada sekarang dipasarkan hanya dengan satu rasa, akan tetapi di masa datang bisa direkayasa lebih baik lagi dengan kaya rasa sehingga konsumen global dapat menikmati sesuai dengan citarasa mereka masing-masing. Demikian juga halnya dengan komoditas ekspor lain, seperti produk-produk holtikulura dapat lebih menyesuaikan dengan kondisi yang ada agar UMKM dan koperasi yang bergerak dalam agrobisnis ini lebih mampu eksis dalam persaingan global yang sudah di depan mata.
Khusus tentang pengembangan koperasi, Syahza (2010:1) supaya koperasi bisa berfungsi dengan baik, maka pemerintah perlu mengembangkan faktor pendukung pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan koperasi, antara lain: (1) Potensi masyarakat, 2) Pengusaha, 3) Lembaga perkreditan, 4) Instansi terkait; dan 5) Koperasi sebagai badan usaha.


Nama / NPM  :Amalia Novianti / 20211646
Kelas               : 2EB09