Sabtu, 29 Desember 2012

Review 8 ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN DALAM MENGHADAPI ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)



Review
ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN
DALAM MENGHADAPI ACFTA
(Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)
Oleh:
Ishak Hasan **)
Berisi :
ABSTRACT
1.      ABSTRACT
This study aims to analyze the Supporting Power of The Cooperative, Micro, Small and Medium Enterprises (CMSME) based on the Agro-business post Aceh Conflict and in facing ACFTA at Central of Aceh Regency. Population of this research is all CMSMEs based on agro-business that are developed under Board of Cooperative, Industry and Commerce (Diskoperindag) of Central Aceh Regency. Samples of 80 MSMEs are taken based on the board’s effort to train and to guide the MSMEs in administration, accountancy, marketing and to equip various facility including information technology. Analyze was conducted by regression of variable supporting power of CMSMEs. The study shows that variables identified in the effort progress model of CMSMEs equal to 0,66%. The influence of the efforts is relatively small, only equal to 0,44%. The small percentage is caused by the influence possibility of variables effort progress, while the indicator increases the advantage and satisfaction are trying to represent small shares of progress variable on a very macro effort. But the result of this study represents an early good step in comprehending real condition faced by CMSMEs at Central of Aceh regency. Another result is utilized the importance in planning and a better policy is needed in the future research that can cover a larger samples. This research hypothesis is not to classify a stratified random sampling as a matter of fact that every CMSMEs is different. The different aspects are: a) business scale, b) market share, c) capital, d) labor force, and e) others.
Daya Dukung Usaha, Agrobisnis, UMKM dan koperasi, ACFTA


2. PENDAHULUAN
Selama konflik Aceh berlangsung hingga ditandatanganinya Perjanjian Damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia di Helsinki Finlandia 25 Agustus 2005 telah sangat banyak menyita perhatian dan pengorbanan sumberdaya yang tak terhingga nilainya. Pengorbanan dan kerugian yang dialami bangsa Indonesia di Aceh bukan saja terganggunya tatanan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, akan tetapi juga rusaknya berbagai sumberdaya penghidupan masyarakat, termasuk kerusakan basis usaha lembaga-lembaga ekonomi rakyat seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Padahal sektor ini, baik pada tataran filosofi, maupun aksi seringkali dijadikan sebagai pilar penting penyangga ketahanan ekonomi bangsa. UMKM dan koperasi sering diusung sebagai sumber kekuatan perekonomian nasional baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi krisis. Banyak fakta di banyak negara menyiratkan bahwa UMKM dan koperasi telah menyelamatkan kehidupan ekonomi masyarakat yang lemah ekonominya, dan kelompok-kelompok marginal yang terdepak dari persaingan pasar. Tidak sedikit pula UMKM dan koperasi dijadikan sebagai wahana, dan cara oleh pihak eksekutif dan legislatif sebagai instrumen penting dalam mewujudkan bebagai program pemerintah di bidang kesejahteraan ekonomi dan sosial, khususnya melalui pemberdayaan sektor-sektor ekonomi di masyarakat, seperti bidang agrobisnis. Akan tetapi di sisi yang lain potret UMKM dan koperasi yang labil, marginal, dan rentan terhadap gempuran pemodal kuat, memang sering diabaikan. UMKM dan koperasi sering mendapat perlakuan yang tidak adil dalam banyak hal dibanding dengan korporasi besar, baik milik negara maupun korporasi swasta lainnya. Padahal banyak bukti menguatkan keyakinan kita bahwa UMKM dan koperasi mampu bertahan hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Cukup banyak fakta di lapangan meyakinkan kita betapa UMKM dan koperasi banyak menyelamatkan rakyat jelata dari konstelasi ekonomi yang buruk, serakah, dan menindas.
E.F. Schumacher penulis buku “Small is Beautiful” yang sudah diterjemahkan dengan judul “Kecil itu Indah” (1978) meyakini bahwa “usaha kecil akan semakin berkontribusi kuat di masa depan bagi kemakmuran suatu bangsa”. Demikian juga dengan ramalan futurolog John Naisbitt (1999), ia percaya bahwa masa depan perekonomian global berada di tangan unit usaha kecil, otonom, namun padat teknologi. Apa yang diprediksi oleh kedua pakar di atas terbukti memang usaha-usaha kecil telah ikut menstabilkan perekonomian suatu negara, apalagi ketika banyak negara diterpa oleh krisis ekonomi yang berat. Masih banyak pandangan lainnya dari berbagai kalangan dengan nada serupa bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi sering menjadi simbol institusi penyelamatan terhadap marginalisasi ekonomi rakyat, orang kecil yan tertindas dan terpental dari persaingan. Khusus untuk institusi koperasi, Endress dalam Munkner (2000) menggambarkan bahwa koperasi juga berperan serupa dalam penyelamatan orang tertindas secara ekonomi: “lembaga ini terbukti mampu menolong para petani, perajin dan pedagang kecil bertahan hidup dan berusaha di masa sulit, yang diakibatkan oleh adanya reformasi, baik pertanian, industri dan politik ekonomi liberal. Koperasi menjadi alternatif yang tepat, tidak saja di masa serba kekurangan, tetapi juga di masa serba makmur”.
Kondisi yang dihadapi UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah relatif berbeda dengan dengan kondisi yang dihadapi oleh UMKM dan koperasi secara nasional. Hal ini disebabkan karena ekses dari konflik bersenjata yang lama di Aceh telah berpengaruh negatif bagi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di wilayah ini. Banyak unit dan volume usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah menurun secara drastis selama masa konflik bersenjata. Sumber-sumber pendapatan masyarakat, khususnya di sektor pertanian menjadi terbengkalai, dengan demikian basis usaha UMKM dan koperasi secara keseluruhan menjadi mandeg bahkan ada yang menutup usahanya. Data yang tersedia pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah per 1 Maret 2009 menunjukkan jumlah koperasi dalam berbagai jenisnya mencapai 376 unit, terdiri dari 182 yang aktif dan 194 unit yang tidak aktif. Jumlah yang tidak aktif ini pada umumnya merupakan akibat dampak negatif dari konflik. Sedangkan usaha mikro, kecil dan menengah di bawah pembinaan Diskopindag Kabupaten Aceh Tengah mencapai 1521 unit. Usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut bergerak dalam berbagai bidang usaha, meliputi; usaha industri kecil, kerajinan dan perdagangan. Usaha industri, kerajinan dan perdagangan tersebut berbasis pada komoditas pertanian yang dihasilkan oleh masyarakat lokal.
Dalam kenyataan di lapangan selama masa pasca konflik Aceh yang hanya baru berumur 5 tahun UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah telah mulai bergerak kembali. Walau memang belum menggembirakan, akan tetapi denyutnya sudah mulai terasa, sungguhpun kondisi kemajuannya usaha masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM dan koperasi tersebut selain faktor konflik Aceh. Oleh karena itu dirasakan sangat penting diteliti dan dipahami masalah yang dihadapi tersebut, dan dengan demikian pada gilirannya diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam mengembangkan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah pada khususnya, dan UMKM dan koperasi secara nasional pada umumnya.
Selain kondisi di atas UMKM dan koperasi di Aceh saat ini segera dihadapkan pada sebuah era baru yaitu menghadapi sebuah kawasan ekonomi dan perdagangan bebas antara negara-negara Asean dan Cina yang dikenal dengan ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement). Fenomena yang sebenarnya telah didiskusikan panjang lebar beberapa waktu sebelumnya termasuk tentang plus-minus dampaknya terhadap perkembangan UMKM dan koperasi. Apalagi UMKM dan koperasi yang berbasis agribisnis yang memang akan memiliki tantangan sangat berat dalam era mendatang. Oleh karena itu dalam menyikapi kondisi ini UMKM dan koperasi dimanapun termasuk di Aceh memerlukan pehatian yang lebih serius agar dapat menata lebih jauh lagi tentang kinerja mereka dalam menghadapi isu global ini. Kalau tidak UMKM dan koperasi akan kalah dalam persaingan global yang semakin pesat dimasa depan.
1.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kondisi umum UMKM dan koperasi Aceh Tengah; (2) Menganalisis daya dukung UMKM dan koperasi Aceh Tengah Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA; (3) Menghasilkan strategi pemberdayaan UMKM dan koperasi Aceh Tengah yang relevan dengan pekembangan perekonomian memasuki era global.
1.2. Ruang Lingkup
Mengingat jumlah dan sebaran UMKM di Aceh Tengah relatif banyak serta ada yang menjadi pembinaan instansi lain di luar Diskopindag maka, penelitian dan pembahasan ini hanya difokuskan pada UMKM dan koperasi yang menjadi fokus pembinaan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah saja. Sedangkan UMKM di bawah instansi lain tidak menjadi perhatian dari penelitian ini. Secara umum penelitian dan pembahasan ini berkaitan tentang dinamika perkembangan UMKM dan koperasi, faktor pendukung dan penghambat perkembangannya, dan rekomendasi pemberdayaan.
1.3. Metode Penelitian
Berdasarkan karakteristik masalah penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode survai. Metode survai merupakan metode yang mengambil sampel dari sebagian populasi untuk mewakili populasi secara representatif (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995).
Penelitian mengambil sampel UMKM dan koperasi aktif binaan Diskopindag periode Juli 2009 sebanyak 80 unit. Walaupun diakui jenis dan skala usaha masing-masing UMKM dan koperasi tersebut berbeda satu dengan yang lain, namun dari segi kriteria, tipikal, dan permasalahan yang dihadapi di lapangan relatif sama. Pembinaan meliputi: pelatihan manajemen, kelembagaan, kewirausahaan, akuntansi, dan infoteknologi UMKM dan koperasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan secara partisipatif. Selain itu juga dibuat pedoman wawancara dengan informan kunci, seperti unsur pimpinan Diskopindag yang membidangi UMKM dan koperasi dan pimpinan usaha dari UMKM dan koperasi yang diteliti. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Juli 2009.
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif digunakan model regresi sebagai berikut:
KJU = a + KMI + PPM + KPU + KPP + LSU + KTU + KLK + KPT + KMU + BPR + KMP + KAU + PTK + VLU + e




Nama / NPM  :Amalia Novianti / 20211646
Kelas               : 2EB09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar