Review
ANALISIS DAYA DUKUNG
UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN
DALAM MENGHADAPI ACFTA
(Survai Pada UMKM dan
Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*)
Oleh:
Ishak Hasan **)
Berisi :
Kondisi Umum UMKM dan Koperasi Aceh Tengah
2.1. Potensi UMKM dan
Koperasi Aceh Tengah
Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah
sentra produksi kopi dan holtikultura yang penting di Aceh. Sampai sejauh ini
sebagian besar UMKM dan koperasi Aceh Tengah baik langsung maupun tidak langsung,
di hulu maupun di hilir usahanya terkait dengan bidang perkebunan, pertanian
tanaman pangan, dan juga peternakan. Basis usaha di atas diperkirakan semakin
penting peranannya di masa depan, mengingat permintaan terhadap komoditas
tersebut cenderung meningkat, baik lokal, nasional maupun secara internasional.
Walaupun memang dilaporkan dalam kurun waktu 2002-2006 kontribusi sektor
pertanian pada PDRB Aceh Tengah memperlihatkan angka pertumbuhan negatif
sebesar -21,12% pertahun. Hal ini di antaranya lebih disebabkan oleh konflik
Aceh yang berkepanjangan (BAPPEDA Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas,
pesatnya alih fungsi lahan juga semakin berdampak buruk pada produksi
perkebunan, pertanian tanaman pangan dan peternakan, sehingga ketersediaan
produksi pertanian relatif berkurang, sementara permintaan pasar semakin
meningkat. Namun, kini kondisi konflik telah berganti dengan damai,
diperkirakan pertumbuhan positif kembali akan terjadi karena disamping
meningkatnya permintaan terhadap berbagai komoditas perkebunan, pertanian
tanaman pangan, dan peternakan, juga adanya kebijakan pemberdayaan kembali
lahan tidur yang terbengkalai selama konflik, serta pembukaan lahan baru yang
produktif.
2.2 Kinerja UMKM dan
Koperasi Aceh Tengah
2.2.1.
Perkembangan Kelembagaan UMKM dan Koperasi
1).
Koperasi
Berdasarkan laporan Diskopindag Aceh Tengah per 31
Maret 2009 dari jumlah koperasi sejumlah 367 unit. Yang aktif sebanyak 171.
Koperasi yang tidak aktif umumnya tersangkut dengan dana Kredit Usaha Tani
(KUT) dan Kompensasi BBM sebesar Rp35 miliar yang belum mampu dilunasi kepada
kreditur/donatur. Masalah lain yang dihadapi koperasi adalah karena kualitas
manajemen yang rendah, serta partisipasi anggota juga rendah. Akibatnya
aktivitas usaha koperasi berjalan di tempat bahkan ada yang sudah tidak
menjalankan usahanya lagi.
Data dalam Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis
koperasi yang terbanyak adalah KSU sebanyak 98 unit. Disusul jenis koperasi
lainnya seperti koperasi di kalangan TNI dan Polri, koperasi siswa, koperasi
syariah, koperasi baitul qiradh, koperasi angkutan, dan koperasi mahasiswa,
berjumlah 85 unit.
2).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan data dari Diskopindag 2008, sektor UMKM
di Aceh Tengah telah mendapat suntikan dana mencapai Rp5 milyar yang mampu
membantu UMKM dalam mengembangkan usahanya.Selama ini perkembangan UMKM di Aceh
Tengah tumbuh secara alamiah dari minat dan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Sebagian dari UMKM tersebut merupakan warisan secara
turun-temurun dari orangtua mereka. Dalam melakukan kegiatannya UMKM Aceh
Tengah relatif masih tradisional, baik dari aspek manajemen usaha, maupun dari
sarana produksi yang dimiliki.
Hasil penelitian pada 80 unit UMKM dan koperasi Aceh
Tengah berkaitan dengan bidang usaha yang menjadi garapan dikelompokkan ke
dalam lima jenis usaha, meliputi: (1) Perdagangan sebanyak 37 unit; (2)
Industri kecil dan kerajinan sebanyak 21 unit; (3) Pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan) sebanyak 10 unit; (4) Jasa sebanyak 8 unit;
(5) Ekstraktif (kehutanan, galian) sebanyak 4 unit.
2.2.2.
Permodalan
Penelitian ini hanya memperoleh data modal lancar.
Dari pengakuan sebagian besar responden data modal tetap sukar untuk dihitung,
dengan beberapa alasan mereka kurang terbuka dalam hal ini. Sebagian besar
modal mereka merupakan modal sendiri. Dengan demikian yang dikemukakan dalam
penelitian ini hanya modal lancar saja sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1
2.2.3.
Omzet
Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan
besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besar omzet diperkirakan juga
semakin luas jangkauan pelayanan dan aktivitas usaha, dan dengan demikian juga
semakin besar keuntungan. Demikian juga sebaliknya. Perkembangan rataan omzet
UMKM dan koperasi Aceh Tengah sebulan dalam jutaan rupiah dapat dtelusuri pada
Grafik 2.
2.2.4.
Laba
Perolehan laba merupakan cerminan dari besarnya
omzet dari usaha tersebut. Perolehan laba juga sangat tergantung pada skala
usaha dan efisiensi yang dilakukan. Oleh karena itu aspek tersebut menjadi
perhatian UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selama ini perkembangan skala usaha
dan efisiensi belum menjadi perhatian yang serius dari sebagian besar pengelola
UMKM dan koperasi. Mereka hanya terfokus dan lebih mudah puas dengan usaha yang
telah ada dan dengan berbagai keterbatasan. Padahal kalau diperkembangan dan
dikelola secara profesional usaha mereka diperkiakan akan berkembang dengan
baik” (Umar Burhan & Munawar Ismail, 1988). Perkembangan rataan laba UMKM
dan koperasi Aceh Tengah dalam tahun 2007 dapat dilihat pada grafik berikut:
2.3.
Profil Manajemen
Karakteristik
Responden
Umur
responden yang terbanyak (41–45 tahun) sebesar 21 orang (26,25%). Mereka
termasuk dalam usia yang produktif dan dinggap sangat ideal mengelola usaha.
Berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 54
orang (67,50%). Perempuan hanya 26 orang (32,50%). Responden laki-laki
kebanyakan mengelola usaha yang mengandung risiko lebih besar dibandingkan
dengan responden perempuan. Usaha yang dikelola oleh perempuan lebih bersifat
usaha kerajinan, perdagangan eceran dan jasa. Sedangkan laki-laki lebih kepada
usaha pengolahan khususnya industri kecil, perkebunan dan pertanian.
Banyak
pendapat mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik
pemahaman orang tersebut terhadap sesuatu yang dikerjakannya. Akan tetapi
pendidikan yang dimaksud lebih bersifat pendidikan yang menyangkut tentang
penguasaan keahlian tertentu dalam kehidupannya. Demikian juga dalam mengelola
usaha, tingkat pendidikan biasanya sangat dominan mempengaruhinya. Tingkat
pendidikan terbanyak pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah adalah tingkat
SLTA sebesar 50%. Berikut disusul oleh SLTP sebesar 41,25%. Dalam pengelolaan
UMKM dan koperasi maka 28,75% responden yang memiliki pengalaman usaha 11-15
tahun.
Apabila
diperhatikan dari sebaran besarnya pendapatan yang diperoleh oleh pengelola
UMKM dan koperasi Aceh Tengah yang terbanyak kisarannya 2,1 hingga 2,5 juta
rupiah perbulan atau sebesar 57,50%. Pendapatan tersebut menurut mereka
merupakan pendapatan bersih yang di bawa pulang ke rumah. Sebenarnya dalam
kondisi tidak krisis keuangan global seperti saat ini atau juga tidak terjadi
konflik tingkat pendapatan bisa lebih tinggi lagi. Walaupun kondisi krisis
keuangan global tidak berhubungan langsung namun cukup memberikan pengaruh pada
denyut UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selanjutnya beban anggota keluarga
yang relatif besar biasanya sangat terasa bagi UMKM dan koperasi dalam
mengembangkan usahanya. Sebab perolehan pendapatan yang relatif kecil akan
menghambat UMKM dan koperasi dalam hal pembentukan modal untuk ekspansi usaha.
Apalagi kalau anggota keluarga tersebut sebagai sumberdaya yang bersifat
konsumtif, bukan tenaga produktif akan sangat membebani perkembangan UMKM dan
koperasi. Sebaran pengelola UMKM dan koperasi yang terbanyak memiliki jumlah
tanggungan keluarga dengan kisaran 6 hingga 10 orang sebesar 50%.
2.4. Pembinaan Pemerintah
2.4.1. Kemudahan Perizinan
Menyadari
pentingnya memacu perkembangan UMKM dan koperasi, Pemda Aceh Tengah melalui
Diskopindag telah menempuh berbagai cara, baik dengan melakukan himbauan maupun
terjun ke lapangan menjemput bola agar UMKM dan koperasi dapat memperoleh izin
usaha secara legal. Hal ini dimaksudkan agar UMKM dan koperasi dapat berusaha
secara pasti dengan perlindungan hukum yang kuat dari pemerintah. Dengan adanya
izin usaha timbul kepercayaan dari pelanggan dan mitra. Hal tersebut akan
memacu UMKM dan koperasi berkembang secara kondusif serta memiliki jaringan
usaha yang lebih luas.
2.4.2. Penguatan Manajemen
Sama
halnya dengan kemudahan dalam pemberian izin usaha, penguatan manajemen juga
sangat penting dilakukan secara terencana, terarah dan terpadu. Setiap tahun
Pemda Aceh Tengah telah mengalokasikan sejumlah dana dalam rangka penguatan
manajemen. Sebab dengan luasnya pengetahuan manajemen dalam berbagai aspek
usaha dan organisasi maka diharapkan manajemen akan profesional dalam mengelola
usahanyan.
Selama ini telah diupayakan penguatan manajemen
terutama dalam bidang kewirausahaan, pelatihan akuntansi usaha, kemitraan, dan
aspek-aspek manajemen yang lainnya. Semua ini dimaksudkan agar UMKM dan
koperasi dapat hidup dan berkembang sesuai harapan. Walaupun diakui memang
belum semua UMKM dan koperasi di Aceh Tengah telah memperoleh penguatan dalam
hal manajemen ini, akan tetapi Pemda Aceh Tengah akan terus-menerus berusaha
untuk melakukannya agar UMKM dan koperasi dapat berkembang dengan baik.
2.4.3. Penguatan Modal
Pemerintah
Kabupaten Aceh sangat peduli dalam hal penguatan permodalan bagi UMKM dan
koperasi. Banyak program-program bantuan modal telah dilakukan dalam
meningkatkan aktivitas UMKM dan koperasi. Modal tersebut ada yang bersumber
dari APBN, APBA maupun APBK secara langsung, di samping ada dana yang besumber
dari non pemerintah secara tidak langsung seperti dari bank.
2.4.4. Peralatan Produksi
Bantuan
peralatan produksi sesuai dengan bidang kegiatan UMKM dan koperasi sudah
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berproduksi. Walaupun peralatan tersebut
relatif sederhana, namun diharapkan bermanfaat bagi UMKM dan koperasi. Sebagian
UMKM dan koperasi Aceh Tengah telah mendapatkan pembinaan baik dari Diskopindag
dan juga dari berbagai instansi lain berkaitan dengan peralatan produksi.
Biasanya bantuan peralatan diberikan bersamaan dengan pembekalan dalam
mempergunakannya.
2.4.5. Akses Informasi dan Pasar
Pemda
Aceh Tengah telah berupaya untuk memperluas akses informasi dan akses pasar.
Bahkan pada beberapa waktu yang lalu sudah dilaksanakan pelatihan tentang
penggunaan internet dalam memasarkan produk. Demikian juga dengan upaya
meningkatkan kemampuan individual dalam menjalin komunikasi dengan berbagai
pihak telah diupayakan dengan harapan pengelola UMKM dan koperasi dapat
meningkatkan pengetahuan dan sekaligus kemampuan praktiknya. Dewasa ini banyak
pihak meyakini bahwa “hanya perusahaan-perusahan yang mampu mengakses berbagai
informasi saja yang dapat bertahan di dalam pasar“ (Indra Ismawan, 2001). Oleh
karena itu kedua variabel tersebut saling berkait erat dalam meningkatkan
kemajuan UMKM dan koperasi. Apabila pengelola UMKM dan koperasi menguasai akses
informasi dan jangkauan pasar yang luas maka diyakini UMKM dan koperasi Aceh
Tengah dapat lebih eksis dari yang lainnya. Kedua hal tersebut harus bersinergi
dalam pencapaiannya. Sehingga UMKM dan koperasi Aceh Tengah akan menjadi lebih
modern dengan memiliki informasi dan pangsa pasar yang semakin meningkat dari
waktu ke waktu.
Nama
/ NPM :Amalia Novianti / 20211646
Kelas : 2EB09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar